Newest Post
// Posted by :DIANSYAH19
// On :Jumat, 22 Januari 2016
I.
Devinisi
Agama
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah
dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat
manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang
disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan,
definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat
suci, dan kitab suci. Praktek agama juga dapat mencakup ritual, khotbah,
peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta,
trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik,
seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga
mungkin mengandung mitologi.
II.
Devinisi
Agama Menurut Para Ahli
Berikut
terdapat pengertian agama menurut para ahli berdasarkan pengkajian ilmiahnya:
1. “Pengertian
agama menurut Thomas F.O. Dea menggunakan definisi yang banyak dipakai didalam
teori fungsional. Agama adalah suatu pendayagunaan terhadap sarana-sarana
supra-empiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra empiris. ” Dalam
definisi tersebut sangat terasa bahwa pendayagunaan sarana-sarana supra empiris
itu hanya semata-mata ditujukan untuk kepentingan supra empiris saja.
Seakan-akan orang yang beragama hanyalah perlu mementingkan kebahagiaan akhirat
dan lupa akan kebutuhan mereka yang ada di dunia mereka sekarang ini.
2. Menurut
Nikolas Luhmann, bahwa aspek yang mesti diperhatikan mengenai definisi agama
adalah pada aspek fungsionalnya. Dia melihat bahwa agama terutama menjadi
sebagai suatu cara dengan memiliki nama atas suatu fungsi yang khas dimana
dimainkan didalam situasi evolusioner yang dapat berubah secara terus menerus.
3. Pengertian
agama menurut Parsons dan Bellah bahwa agama adalah suatu tingkat yang paling
tinggi dan terpaling umum dari kebudayaan manusia.
4. Pengertian
agama menurut Anthony F.C . Wallace bahwa agama adalah sebagai perangkat
upacara yang diberikan rasionalisasi melalui adanya mitos dan menggerakkan
sebuah kekuatan supranatural dengan memiliki maksud agar dapat tercapainya
perubahan kondisi pada alam semesta dan manusia.
5. Pengertian
Agama menurut Luckmann bahwa agama adalah suatu kemampuan organisme manusia
agar bisa mengangkat alam biologisnya dapat melalui pembentukan alam-alam
maknawi yang objektif, mempunyai daya ikat moral dan serba melingkupi.
III.
Ruang
Lingkup Agama
Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup :
a. Hubungan
manusia dengan tuhannya
Hubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan
untuk mendekatkan diri manusia kepada tuhannya.
b. Hubungan
manusia dengan manusia
Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai
kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran
tentang ajaran-ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau
disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama
mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia.
c. Hubungan
manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya.
Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu
menjaga keharmonisan antara makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya
manusia dapat melanjutkan kehidupannya.
IV.
Cara
Beragama
Berdasarkan cara beragamanya:
1. Tradisional, yaitu cara beragama
berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur, atau
orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara agama tradisional pada
umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau
pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan
formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya
mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika
berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah
bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya
mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional
atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4.
Metode
Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati
(perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).
Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu
agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan
dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
V.
Pengaruh Agama Terhadap Kehidupan Manusia
Sebagaimana telah dijelaskan dari
pemaparan diatas, jasa terbesar agama adalah mengarahkan perhatian manusia
kepada masalah yang penting yang selalu menggoda manusia yaitu masalah “arti
dan makna”. Manusia membutuhkan bukan saja pengaturan emosi, tetapi juga
kepastian kognitif tentang perkara-perkara seperti kesusilaan, disiplin,
penderitaan, kematian, nasib terakhir. Terhadap persoalan tersebut agama
menunjukan kepada manusia jalan dan arah kemana manusia dapat mencari
jawabannya. Dan jawaban tersebut hanya dapat diperoleh jika manusia beserta masyarakatnya mau
menerima suatu yang ditunjuk sebagai “sumber” dan “terminal terakhir” dari
segala kejadian yang ada di dunia. Terminal terakhir ini berada dalam dunia
supra-empiris yang tidak dapat dijangkau tenaga indrawi maupun otak manusiawi,
sehingga tidak dapat dibuktikan secara rasional, malainkan harus diterima
sebagai kebenaran. Agama juga telah meningkatkan kesadaran yang hidup dalam
diri manusia akan kondisi eksistensinya yang berupa ketidakpastian dan
ketidakmampuan untuk menjawab problem hidup manusia yang berat.
Para ahli kebuadayaan yang telah
mengadakan pengamatan mengenai aneka kebudayaan berbagai bangsa sampai pada
kesimpulan, bahwa agama merupakan unsur inti yang paling mendasar dari
kebudayaan manusia, baik ditinjau dari segi positif maupun negatif. Masyarakat
adalah suatu fenomena sosial yang terkena arus perubahan terus-menerus yang
dapat dibagi dalam dua kategori : kekuatan batin (rohani) dan kekuatan lahir
(jasmani). Contoh perubahan yang disebabkan kekuatan lahir ialah perkembangan
teknologi yang dibuat oleh manusia. Sedangkan contoh perubahan yang disebabkan
oleh kekuatan batin adalah demokrasi, reformasi, dan agama. Dari analisis
komparatif ternyata bahwa agama dan nilai-nilai keagamaan merupakan kekuatan
pengubah yang terkuat dari semua kebudayaan, agama dapat menjadi inisiator ataupun
promotor, tetapi juga sebagai alat penentang yang gigih sesuai dengan kedudukan
agama.
Secara sosiologis, pengaruh agama
bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh
yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama
disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan
sekaligus disintegratif bagi masyarakat, pengaruh yang bersifat integratif.
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran
agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota
beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari
sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok
keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat. Fungsi
Disintegratif Agama adalah, meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan
yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada
saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang
mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu
masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.
VI.
Pengertian Konflik Agama
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Terjadinya
konflik tidak terlepas dari adanya dalang atau provokatornya tidak perna di
usut tuntas. Dari berbagai kerusuhan, teror, fitnah dan pembunuhan memang
sedang melanda bangsa kita sehingga untuk menghadapi bangsa tersebut, maka
semua pihak hendaknya senantiasa waspada. Sebab, berbagai cara akan dilakukan
oleh provokator untuk mengadu domba antarumat beragama, antar suku atau antar
etnis,sehingga persatuandan kesatuan menjadi rapuh.
Jadi, konflik
agama dapat diartikan sebagai berikut :
Konflik agama
adalah suatu pertikaian antar agama baik antar sesama agama itu sendiri, maupun
antar agama satu dengan agama lainnya.
Contoh-contoh
konflik agama
a. Tahun 1996, 5
gereja dibakar oleh 10,000 massa di Situbondo karena adanya konflik yang
disebabkan oleh kesalahpahaman.
b. Perbedaan
pendapat antar kelompok – kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan
Muhammadiyah.
c. Perbedaan
penetapan tanggal hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing –
masing umat.
VII.
Penyebab Konflik Agama
Sepanjang sejarah agama dapat
memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan
semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga
dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif
dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa
tempat di Indonesia.
Selama ini konflik yang terjadi
antara umat beragama, bisa jadi di sebabkan oleh faktor ketidakadilan. Apalagi
antar umat beragama kurang intensmengadakan dialog agama, perlakuan tak adil
demikiantambah membuka peluang terjadinya konflik. Sedikit saja ada gesekan,
bisa membuat penganutnya terkena emosi.dan karena alas an fanatisme, hal itu
dapat membuat tindakan mereka sulit dikontrol.
Pada bagian ini akan diuraikan sebab
terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di
Indonesia dalam perspektif sosiologi agama.
Hendropuspito mengemukakan bahwa
paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber
dari agama.
Dengan menggunakan kerangka teori Hendropuspito,
penulis ingin menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam - Kristen di
Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu:
A. Perbedaan
Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam
bentrokan masing-masing kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu
dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.
Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama
samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu
memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan. Di beberapa
tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau
santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan
keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di
samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan
hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi
solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih
berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok
ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut
garis keras.
Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental
dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.
B. Perbedaan
Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama
memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah
dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan
antar kelompok dalam masyarakat.
Dialog antar agama itu hanya bisa dimulai bila ada
keterbukaan sebuah agama terhadap agama yang lainnya, persoalannya munking baru
muncul bila kemudian mulai dipersoalkan secara terperinci apa yang dimaksud
keterbukaan itu, segi-segi mana dari suatu agama yang memungkinkan dirinya
terbuka terhadap agama lainpada tingkat mana keterbukaan itudapat dilaksanakan.
Lalu, dalam modus bagaimana keterbukaan itu dapat dilakukan.
Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku
Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang
beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan
dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Sumber :
Spruce Crafts | An In Depth Review of the
BalasHapusA guide titanium tube to making titanium phone case spruce ideas. We explain the titanium max trimmer advantages that can be had if you start a how strong is titanium new project with leatherman charge titanium an edge titanium steel project.